Senin, 06 September 2010

Surat Untuk Tiara

Rabu, 02 Maret 1994

Dear Tiara,

Ra, maafin aku... hari ini aku nggak bisa nepatin janji aku untuk nemenin kamu njenguk Ayahmu. Ibu nggak ngizinin aku. Aku nggak tau kenapa Ibu begitu bersikeras ngelarang aku pergi sama kamu untuk menjenguk Ayahmu. Maafin aku ya...
Tapi aku udah nyuruh Chaya untuk nemenin kamu. Aku suruh dia jemput kamu jam 8 besok pagi. Jaga diri kamu baik-baik. Sekali lagi aku minta maaf...



Raihan


***


Sabtu, 05 Maret 1994

Raihan...

Maaf, aku baru ngasih kabar ke kamu. Susah banget nyari kantor pos disini. Aku baik-baik saja. Tapi aku nggak bisa pulang cepat. Ayahku sakit, nggak ada satu orang pun yang peduli dengan keadaan beliau. Saudara-saudara ayah nggak ada yang tinggal didekat sini. Aku nggak akan tega ninggalin ayah saat ini. Jadi aku nggak akan pulang dalam waktu dekat. Tolong bilang sama Uni, aku mungkin agak lama tinggal disini.
Jangan khawatirkan aku, aku akan jaga diriku baik-baik.
Oh ya, sampaikan salamku buat Chaya, terima kasih banyak udah mau bantuin aku.

Aku sayang kalian..
Tiara


***

Rabu, 16 Maret 1994

Raihan:
Udah 2 minggu Tiara meninggalkan kota ini.
Hanya sekali ia mengirim surat. Ada apa sebenarnya disana?
Apa yang terjadi dengan Tiara?
Aku nggak habis pikir kenapa Ibu bersikeras tidak mengizinkanku menemani Tiara menjenguk Ayahnya. Seandainya aku bersama Tiara sekarang. mungkin aku takkan seresah ini. Tapi aku nggak mungkin membantah perkataan Ibu, wanita yang paling kucintai di dunia.
Apa yang harus aku lakukan?? batas izin sekolahmu berakhir seminggu yang lalu.... kenapa kau tak kunjung pulang?
Tiara... pulanglah... aku mengkhawatirkanmu....

***

Jum'at, 18 Maret 1994

Dear Tiara, sahabatku...

Tiara... apa yang terjadi padamu???
Kenapa kamu nggak pulang-pulang?Uni berkali-kali menanyakanmu.
Tiara.... pulanglah... kami disini mengkhawatirkanmu.
Tiara, aku mohon, pulanglah... sahabat dan orang-orang yang menyayangimu begitu rindu akan sosokmu.


Sahabatmu,
Raihan

***


Kamis, 07 April 1994

Dear Tiaraku sayang...

Aku begitu sabar menanti kepulanganmu atau pun suratmu. Udah sebulan lebih kau meninggalkan kota ini. Hanya sekali kau mengirim kabar, dan kau menghilang. Kamu nggak pernah memberitahuku alamat lengkap ayahmu. Bagaimana aku bisa menyusulmu. Suratmu satu-satunya nggak ada alamat yang tercantum. Aku bingung Tiara.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa rencanamu sebenarnya? Uni mengaku tak pernah mendengar sesuatu apapun tentang Ayahmu sejak kau diasuhnya. Tiara, bahkan Uni mengatakan kau tak pernah mengenal ayahmu. Siapa ayah yang kau maksud dalam suratmu?
Aku begitu shock ketika Uni memberitahuku hal itu sambil mengusap air mata yang tak kunjung berhenti meleleh dari sudut mata teduhnya.
Apa yang sebenarnya merasuki jiwamu hingga berani melakukan hal ini. Kau bilang pada Uni bahwa kau akan menginap di rumah Kiki karena ada tugas kuliah yang harus diselesaikan. Kau bilang padaku ingin menjenguk ayahmu, yang sebenarnya kamu pun nggak tau.
Ketika aku bertanya pada Chaya, dia bilang hanya mengantarmu sampai stasiun saja.
Apa maksud dibalik semua ini Tiara.....?


Raihan
***

Minggu, 24 April 1994

Dear Tiara...

Aku tak mampu lagi menahan kesedihan ini. Aku benar-benar merasa bersalah karena nggak menepati janjiku untuk menemanimu menjenguk ayahmu, yang benar-benar ada atau nggak. Tadi pagi aku pergi ke benteng. Tempat kita biasanya berbagi, dan aku sungguh nggak kuat saat melihat menara yang sangat kau sukai, yang biasa kita bercengkrama di puncaknya, merajut mimpi masa depan. Masih terekam jelas dalam anganku ketika kau merentangkan tanganmu seluruhnya, memejamkan kedua matamu, menghirup aroma senja perlahan, menikmati tiap molekul udara yang melewati lubang hidung mungilmu.
Telingaku bisa merasakan sensasi itu lagi, sensasi yang muncul ketika kau berbisik lembut, namun bergetar mengandung gelora semangat jiwa mudamu.
"aku ingin seperti burung itu, Raihan," desahmu sambil menunjuk sekelompok burung yang terbang tinggi mempesona.
"Aku ingin terbang, menggapai bintang.... dengan sayapku sendiri..." lanjutmu
Tiara... dimana aku harus mencari sosok yang memiliki desahan lembut namun penuh gelora itu?
Tiara.....
Raihan

***

Senin, 16 Mei 1994

Dear Tiara...

Akhirnya aku menemukanmu... diantara malaikat kecil yang menari di atas awan... diantara bunga-bunga yang tumbuh subur ditepi danau biru. Aku menemukanmu dalam alam bawah sadarku, Malaikat penjaga pintu mimpi berbaik hati mengizinkan aku melangkah kedalam taman mimpi indahku. Dan aku menemukanmu Tiara... sedang menatap ceria ke arahku di atas ayunan hijau yang bergerak perlahan....
Aku menemukanmu Tiara.......
Aku menemukanmu Tiara.......
Aku menemukanmu Tiara.......
Raihan

***to be continued...happy
Q disuruh bersihin kaca jendela ma Mama -wanita yang paling kucintai di seluruh duniapucca_love_17

Selasa, 31 Mei 1994

Tiaraku....
Sampai kapan aku harus tersiksa dengan mimpi-mimpi tentangmu dan perasaan bersalah kepadamu?
Hari ini aku membuka album kita... mencermati tiap lekuk wajahmu dalam foto. Begitu besar rasa sayangku kepadamu, rinduku padamu, membuatku terus membuka helai demi helai lembaran cerita kita dulu... Aku begitu merindukanmu... Lebih dari aku merindukan figur ayah yang selama ini tak pernah kukenal.
Tiara...
Biarkan aku mengungkapkan seluruh gundah dihatiku selama ini.
Gundah karena kehilanganmu...
Gundah karena membiarkanmu pergi sendirian...
Gundah karena aku meridukan tiap atom dirimu...
Pulanglah Tiara...

Raihan
***

Minggu, 05 Juni 1994

5 huruf yang begitu ku rindukan
T I A R A
seuntai nama itu...
yang membuatku bisa menganggap deru angin adalah kurir pembawa berita tentangmu...
yang membuatku bisa menganggap rembulan tak lagi bersinar karena merasa kehilanganmu....
yang membuatku bisa menganggap aku hanyalah makhluk tak berguna..
Hidupku tak lagi berwarna...
Semuanya menjadi abu-abu ketika kau pergi meninggalkanku....
T
I
A
R
A
Raihan
***


Sabtu, 11 Juni 1994

Tiara...
Aku melihatmu dimana-mana...
Di makananku...
Di tempat tidur
Di kamar mandi
Di depan pintu rumahku
Di buku kimiaku
Di taman bunga
Di air sungai
Di cermin
Di langit-langit kamarku
Tiara....
Dimana kamu sebenarnya??
Pulanglah Tiara....

Raihan
***

Kamis, 23 Juni 1994

Tanpamu aku tak bisa mengendalikan hidupku
Ingatanku tak pernah lepas dari bayangmu
Akankah kau kembali kesini?
Rinduku padamu tak sanggup lagi terbendung
Aku menyayangimu dalam tiap detak nadiku

Raihan
***

Lanjut ntar lagi eaa... diajak belanja baju buat lebaran niih....*Spa yg gagh mao cobaa..lol
oke... lanjuuutttt....



Selamat Ulang Tahun Tiara....Selama 12 tahun kita berteman... baru kali ini aku mengalami hari ultahmu tanpa kamu disisiku..
Sekarang usiamu genap 19.....
kau semakin matang dalam memandang hidup
Tapi hanya satu harapan dalam hidupku....
hanya satu.. yaitu.....
Melihat kau tersenyum bahagia dihadapanku kembali......
T.I.A.R.A
Semoga Allah senantiasa menjagamu....

Raihan
***

Jum'at,24 Juni 1994

Tiara....
Di hari ulang tahunmu yang hampa ini, aku mencoba memutar film tentang kita di memori otakku. Pagi ini aku akan berjalan kaki di tepi sepanjang jalan Teuku Umar... dimana kita biasa berkejaran saling meledek,melempar buah oranye dari perdu di tepi jalan.
Aku akan berjalan hingga patung putri duyung di pinggir kota....
Aku akan menelusuri kenanganku bersamamu disini...
Tiara sahabatku...
Sekali lagi... selamat ulang tahun..
semoga Allah memeluk mimpi-mimpimu...

Raihan
***

Minggu, 06 November 1994
23.30

Tiara sahabatku tersayang...
Aku tau, aku hanyalah orang yang kesekian dari banyak orang yang menyayangimu, tapi aku ingin menjadi orang pertama yang ada disisimu saat kau kehilangan arah..

Tiara yang cantik....
Jika lidahku ini pernah jadi penyayat hatimu..
Aku hanya mengharap maaf dan keikhlasan hatimu...

Tiaraku...
30 menit lagi adalah hari ulang tahunku yang ke 17..
Hanya satu harapan yang tersisa dalam hidupku
"Aku ingin melihat kau tersenyum manis dihadapanku kembali"

Tiara yang baik hati...
Jika waktuku tak banyak untukmu, Aku ingin setiap detak jantungku terdengar olehmu pertanda aku masih ada untukmu

Dan aku...
hanya ingin menjadi sahabatmu...
bahkan sampai nanti...
sampai aku tertidur lelap
di bawah timbunan tanah...

TIARA SAHABATKU
AKU MENYAYANGIMU

*Tiara, aku membiarkan lembar terakhir buku harianku kosong. Karena aku yakin, kamu akan pulang dan menjawab tuntas semua kegundahanku selama kau tak berada disisiku.

Yang selalu merindukanmu,

RAIHAN HAIKAL

***



Senin, 07 November 1994

Dear, Raihan Haikal sahabatku

Raihan....
Aku tak kuat lagi menahan kepedihan yang selama ini menjalar dalam jiwa dan ragaku...
berpisah denganmu, uni, Chaya, dan kota penuh kenangan ini...

Raihan malaikatku...
Aku begitu shock ketika Ibumu bercerita apa yang terjadi pada hari ulang tahunku yang ke 19.
Kau pergi pagi-pagi dan menyusuri sepanjang jalan Teuku Umar...
Aku dapat merasakan kerinduanmu akan kenangan kita disepanjang jalan itu.
Aku bisa merasakan kerinduan jemarimu menggenggam buah perdu oranye dan melemparkan kepadaku,meneriakan namaku, mengejarku yang terus berlari, menangkap ujung rambut ekor kudaku, dan memelukku hangat...Aku bisa merasakan semua sensasi kerinduan itu Raihan...
Aku bisa....
Tapi aku menyayangkan mengapa kau harus melihat fatamorgana ditengah jalan Teuku Umar yang begitu ramai...
Aku tak kuasa mencegahmu berimajinasi bahwa aku berdiri ditengah jalan itu...
Aku tak kuasa mencegahmu berlari menghampiri diriku yang kau gambar sendiri dengan imajinasimu ditengah jalan itu....

Walaupun kau nggak benar-benar tertabrak, kau hanya terserempet seorang pengendara motor yang kaget melihat kau tiba"berlari ke tengah jalan...

Tapi aku tau Raihan,, luka sekecil apapun yang mengeluarkan darah sangat berbahaya bagimu.
Luka yang sebenarnya mudah saja pulih bila dialami orang normal, namun itu membuatmu koma selama 135 hari...
Itu karena penyakit Leukimia yang kau derita...


Raihan yang ku sayang....
ketika aku mengajakmu menemaniku menjenguk Laki-laki yang kupanggil ayah...
Laki-laki itu bukan laki-laki sembarangan...
Beliau sangat berarti bagiku, juga bagimu...

Raihan yang manis...
Kau pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa mengetahui bahwa Ayahku masih hidup, sedangkan aku tak pernah mendengar sedikitpun hal tentang beliau.
Aku bahkan diasuh Uni yang sama sekali tak ada hubungan darah maupun keluarga denganku sejak aku masih kecil.

Akan tetapi.... kebenaran sekecil apapun akan terungkap. Aku menemukan sebuah map lusuh dalam kotak besi berkarat dan berdebu tebal di gudang rumah Uni. Aku menemukan akta kelahiran asli kita. aku menemukan kartu keluarga kita, dan aku bisa melihat foto ayah kita, ibuku, dan ibumu.
Aku sadar mungkin ini adalah permainan takdir yang mengujiku.
Aku bertemu ayah, Raihan....
Aku bisa melihat senyum penyesalan bercampur kebahagiaan yang terlukis diwajah tuanya.
Namun permainan takdir belum berakhir...
Ayah meninggal dunia 3 hari yang lalu,setelah aku mengetahui kisah hidupnya, hidup ibuku, ibumu, aku dan kamu, langsung dari bibirnya yang bergerak sangat perlahan.
Tak ada lagi keperkasaan saat muda yang tertinggal ditubuhnya.
Kekuatan mudanya benar-benar tak bersisa digerogoti penyakit thalasemia yang dideritanya...

Raihan yang selalu tersenyum untukku...
Selamat ulang tahun yang ke 17....
Hari yang begitu pahit bagiku...
Karena aku tau aku terlambat....
Aku terlambat mengabulkan harapan satu-satunya yang tersisa dalam hidupmu..
Aku tak bisa lagi tersenyum manis untukmu...
Kau pergi terlalu cepat Raihan...
Aku hanya sempat melihat kau tersenyum damai dengan foto kita berdua didekapanmu dalam tidur panjangmu
Maafkan aku karena aku tak sempat bertemu denganmu ketika kau tersadar dari koma 2 jam sebelum hari ulang tahunmu
Aku begitu sedih ketika ibumu berkata bahwa kamu menyebut namaku berulang-ulang setelah kau genap berusia 17 tahun...
Aku tau, kau berusaha sekuat mungkin dengan sisa-sisa tenagamu untuk bertahan mencapai usiamu yang ke 17
Aku menyesal tak dapat berada disisi dan menemanimu saat-saat kau harus berhadapan dengan Izrail
Kau meninggalkan aku disini...
Dibawah guguran daun dan bunga dari pokok kamboja
Dengan penyesalan dan kepedihan yang menjerat seluruh atom tubuhku
Menatap gundukan tanah merah dihadapanku
dengan nisan berpahatkan namamu
cryRAIHAN HAIKALpucca_love_16

Tapi aku akan mencoba mengabulkan permintaanmu yang terakhir, yaitu menjawab semua kegundahan hati yang kau curahkan sepenuhnya dalam surat-surat tak beramplop di lembar terakhir buku harianmu.

Dan aku berusaha mengembalikan satu-satunya harapan dalam hidupmu...
Aku tersenyum seperti yang kau minta...
Diatas gundukan tanah merah tempatmu terlelap dalam tidur panjang
Walau hanya senyum kegetiran yang bisa kusunggingkan untukmu.



Raihan sahabat terbaikku sepanjang masa....
kedekatan kita selama ini lebih dari sekedar sahabat....
karena kita adalah sahabat sedarah...
walaupun kita lahir dari rahim yang berbeda
Namun, Ayahku adalah ayahmu...
Sekali lagi kukatakan kita adalah sahabat sedarah
Karena.....
Kau adalah adikku....
Yang sangat menyayangimu,

TIARA NATHIFA



A Note from Raihan Haikalmen2& Tiara Nathifawomen :

Memang kenangan kadang bisa jadi surga yang tak ingin kita tinggalkan dan neraka yang tak bisa kita hindari...
Rasa sedih memang fitrah, semua makhluk pasti pernah merasakannya.
Tapi ingat, jika kamu menderita, mengacalah pada hatimu, karena disitulah kamu akan mendapati bahwa yang membuat kamu menderita adalah yang membuat kamu bahagia. Dan jika kamu bersedih, mengacalah pada jiwamu jua, disitulah kamu akan mendapat sejatinya kamu sedang menangisi apa yang pernah kamu syukuri!
Semakin dalam menggoreskan luka dihatimu, maka semakin mampu hatimu menampung kebahagiaan.
Takdir Tuhan adalah sesuatu yang terbaik bagi kita. Inilah hidup.




-The End-
kakashifullyondaime
smile
* hahaha.... lagi belajar bikin cerpen ceritanya.....
jangan lupa tinggalin comment eaa sahabat......
victoirelol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment disini teman... b(^_^)d